Kuningan adalah sebuah kabupatek yang berada pada wilayah provinsi jawa barat. Dilihat dari segi silsilah kekerabatan suku, Kuningan lebih dekat dengan wilayah Parahyangan (Bandung) dari pada Indramayu dan Cirebon karena lebih memiliki persamaan bahasa dan adat dengan parahyangan. Tataran Sunda atau Tatar Pasundan ini terdiri dari beberapa kabupaten yang ada di Jawa Barat diantaranya Kuningan.

Kota yang memiliki luas sekitar 429 Km² ini memiliki ragam keunikan diantaranya adalah sebagai tempat sejarah pada perundingan Linggar Jati pada 11 – 15 November 1946 silam, ikan endemik Kuningan yaitu ikan dewa, beragam tempat wisata alam yang eksotis, bermacam ragam kuliner khas Kuningan hingga kebudayaan yang terus diwariskan turun-temurun hingga saat ini. Nah, kali ini saya akan menyampaikan beberapa kebudayaan yang ada di Kuningan yang pastinya harus kita lestarikan.

  1. Sapton dan Panahan Tradisional

Kegiatan ini biasanya dilaksanakan secara rutin setiap hari sabtu setelah kegiatan serba raga (sidang) yang dilaksanakan disekitar istana kerajaan Kajene (Kuningan) serta mempunyai makna yang dalam seperti heroisme, ketangkasan berkuda dan panahan dalam bela negara serta kebersamaan antara pemerintah dengan rakyat. Setiap tahun pada bulan September diselenggarakan Saptonan dan Panahan Tradisional. Barangkali anda penasaran bisa langsung dapat ikut menyaksikan. Biasanya kegiatan ini sangat digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat bahkan dari daerah lain sengaja datang untuk menyaksikan.

2. Seren Taun

Upacara Seren taun yaitu upacara masyarakat agararis yaitu penyerahan hasil panen yang diterima pada tahun yang akan berlalu serta salah satu media dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang telah diterima seiring dengan harapan agar dimasa yang akan datang, hasil panen seluruh anggota masyarakat dapat lebih melimpah lagi. Penyelenggaraan dimulai dengan upacara ngajayuk (menyambut) pada tanggal 18 Rayagung, kemudian dilanjutkan pada tanggal 22 Rayagung dengan upacara pembukaan padi sebagai puncak acara, dengan disertai beberapa kesenian tradisional masyarakat agraris sunda tempo dulu, seperti ronggeng gunung, seni klasik tarawangsa, gending karesmen, tari bedaya, upacara adat ngareremokeun dari masyarakat kanenes baduy, goong renteng, tari buyung, angkulung buncis doodog lonjor, reog, kacapi suling dan lain-lain yang mempunyai makna dan arti tersendiri, khususnya bagi masyarakat sunda. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di daerah Kecamatan Cigugur.

3. Kawin Cai

Upacara Adat Kawin Cai merupakan tradisi masyarakat Desa Babakanmulya Kecamatan Jalakasana Kabupaten Kuningan untuk memohon air/turun hujan untuk mengairi lahan pertaniannya serta kebutuhan hidup lainnya, dilaksanakan apabila terjadi kemarau panjang atau sangat sulit untuk mendapat air antar bulan September, dengan mengambil lokasi searah intinya disumber mata air telaga balong Tirta Yarta pada malam Jum`at Kliwon yang pada pelaksanaannya selain dihadiri dan diikuti oleh pamong desa. Tokoh masyarakat dan masyarakat desa setempat juga oleh masyarakat desa tetangga yang lahan pertaniannya terairi atau memanfaatkan air yang berasal dari sumber mata air telaga/ Balong Dalem Tirta Yarta. Selesai berdo`a punduh/sesepuh desa mencampurkan air yang diambil dari mata air telaga/ Balong Dalem Tirta Yarta dengan air yang diambil dari mata air Cikembulan (Cibulan), inilah istilah yang dipakai masyarakat sebagai Upacara Adat Kawin Cai yang intinya mengambil barokah air dari dua sumber mata air. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Babakanmulya dan Desa Maniskidul.

4. Pesta Dadung

Seperti lazimnya kesenian tradisional lainnya kesenian ini tumbuh dan berkembang secara turun temurun sejak abad ke XVIII. Kesenian ini lahir di kalangan Budak Angon (Pengembala) yang intinya mengadakan syukuran setelah panen menjelang musim tanam tiba, sekitar bulan September. Budaya ini dilaksanakan di Cilebak Kabupaten Kuningan.

5. Sintren

Sintren adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun sejak tahun 1957. sintren berasal dari kata Sasantrian yang pada mulanya kesenian ini adalah merupakan seni hiburan rakyat yang sering di tampilkan pada sore hari sambil melepas lelah setelah seharian bekerja keras di sawah. Pada pertunjukannya peran sintren harus dibawakan oleh seorang gadis yang masih suci (belum adil balig). Begitu pula dengan pawang sintren tidak boleh diperankan oleh orang sembarangan, akan tetapi harus dibawakan oleh sesepuh semacam kiyai sehingga peran sintren yang sudah di ikat dalam kurungan akan dapat berubah memakai pakaian sintren dalam keadaan Transparan. Budaya ini berasal dari daerah Cibingbin.

6. Cingcowong

Cingcowong adalah salah satu Upacara ritual untuk meminta hujan (zaman dulu)upacara in dilakukan pada saat musim kemarau panjang 3 bulan tardisi awal Cingcowong atau uapacara ritual ini dipercayi oleh masyarakat khususnya Kecamatan Luragung setiap datag kemarau upacara ritual Cingcowong selalu dilaksanakan agar lahan pertanian mereka terhindar dari kemarau dan turrun hujan. Lokasinya adalah di Luragung Kuningan.